Leburkan

TULISAN ini dibuka membersamai Rajab yang baru saja tiba. Ia merupakan pintu pembuka untuk sampai pada Ramadhan—tiga bulan setelah ini. Konon, banyak amalan baik yang dianjurkan di bulan ini, terkait dengan fadlilah Rajab. Di antaranya, dengan memperbanyak shaum, bertaubat untuk semua kesalahan yang telah diperbuat, juga melanggengkan berzikir. Ketiga amalan ini, tentunya, menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari upaya untuk litathhiri al-badani—membersihkan “badan”, menjelang Sya’ban, untuk menyambut Ramadhan.

Pertama, shaum. Memperbanyak shaum di bulan Rajab, dalam tradisi pesantren, nyaris sama dengan mempertahankan shaum di bulan Ramadhan. Terlebih jika dihubungkan dengan hari pertama, di bulan yang disinyalir Rasulullah Saw sebagai bulan-nya Allah Swt—syahrullah. “Shaum di hari pertama bulan Rajab akan menghapus tiga tahun kesalahan. Di hari kedua, dua tahun kesalahan. Dan di hari ketiga, satu tahun kesalahan. Kemudian setiap harinya (setelah tiga hari tersebut) dihitung dengan menghapus satu bulan kesalahan,” ungkap Rasulullah Saw dalam salahsatu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas Ra.

Shaum yang dianjurkan di bulan Rajab, tak lepas dari upaya untuk meleburkan, menghilangkan, kemungkinan jatuhnya kita pada kesalahan. Oleh karenanya, inti dari shaum di bulan Rajab ini, mengindikasikan pentingnya menahan diri untuk tidak berbuat hal-hal munkar, yang berpotensi menambah beban kesalahan. Maka, makna general dari shaum itu sendiri tidak hanya mengasingkan diri dari makan dan minum, tapi juga dari berbuat hal buruk. Menzalimi, menyakiti, membohongi, melukai, menipu, mencurangi, menindas, menghasut, dst.

Kedua, menyesali kesalahan dengan bertaubat. Menahan diri dari berbuat buruk, dilengkapi dengan keinginan yang kuat untuk “menyesali” dan tidak “kembali” pada kesalahan yang terjadi di waktu lampau—atau bahkan yang mungkin kesalahan yang sedang direncanakan. Benar-benar menyesal. Benar-benar tidak akan kembali. Oleh karenanya sebagian ulama menamai bulan Rajab sebagai bulan istighfar. Bulan, dimana setiap detiknya dianjurkan untuk mendawamkan istighfar sebagai awal dari mentaubati semua kesalahan.

Persoalannya, perkara taubat tak hanya cukup di lisan saja dengan berucap istighfar. Akan tetapi, istighfar tersebut, harus pula mampu meleburkan, menghilangkan, kemungkinan jatuhnya kita pada kembali melakukan kesalahan serupa. Juga kesalahan-kesalahan lain yang bisa saja tersentuh, karena terjebak pada keadaan yang memaksa kita harus mengulanginya. Oleh karenanya, sehabis istighfar dengan lisan dan istighfar dengan sikap, harus pula dilengkapi istighfar dengan hati: Sebuah penyesalan yang diliputi janji untuk tidak “kembali”. Apa pun alasannya.

Ketiga, melanggengkan berzikir kepada Allah. Menahan diri dengan shaum, menyertakan taubat dengan istighfar di lisan, sikap, dan hati, lalu dipungkasi dengan kekuatan zikir. Menenangkan. Mendamaikan. Membahagiakan. “Fadzkuruunii adzkurkum wasykuruulii walaa takfuruun—maka ingatlah (berzikirlah) kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu kufur (mengingkari nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah: 152)

Kekuatan Rajab, di antaranya, terletak pada tiga fundamen di atas. Shaum, istighfar, dan zikir, yang kelak akan berujung pada bersihnya “badan” dari segala kesalahan. Terberkahi oleh perasaan mudah saat dirundung bermacam kesulitan. Keluar dari keterdesakan, sembari dianugerahi perasaan kuat mempertahankan prinsip untuk terus berbuat baik, dan mengakhiri segala sesuatunya dengan baik. Juga, terbebas dari muslihat buruk yang melenakan—yang kerap menuntun langkah untuk kembali melakukan kesalahan. Setidaknya, Rajab yang tersempurnakan, dapat terasakan dengan hadirnya tiga fadlilah di atas.

Demikianlah, tulisan sederhana ini pun diakhiri (tetap) untuk membersamai Rajab yang baru saja tiba. Konon, banyak amalan baik yang dianjurkan di bulan ini. Rasulullah Saw menjelaskannya dengan sangat detail, “Jika kalian berharap terbebas dari haus (kesulitan) saat menghadapi maut, kemudian keluar dari dunia dengan berbekal iman (husnul khatimah), dan berhasil mengalahkan bujuk rayu setan, maka muliakanlah bulan ini (Rajab). Di antaranya, dengan memperbanyak shaum,  menyesal (taubat) atas kesalahan (dosa) yang lalu, dan berzikir kepada Allah. Maka (jika demikian) masuklah kalian ke surga Allah dengan penuh keselamatan.” Di Rajab yang berkah, setiap kesalahan, leburkan saja! Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii ajma’iin.[]

Kiki Musthafa

Leave a comment