Doa yang Tertahan*

AL-IDHHAR.ORG—Semua doa memiliki garansi untuk terkabulkan. Tidak mungkin Allah inkonsisten dengan ud’uni astajib lakum—berdoalah kepada-Ku niscaya akan Ku-kabulkan. Jika selama ini, doa-doa kita seakan tidak pernah terkabulkan, besar kemungkinan hanya tertahan. Akan benar-benar terkabulkan di waktu yang tepat atau pada momentum terbaik. Tentu, terbaik menurut Allah. Santai saja. Jangan buru-buru galau. Semua mudah bagi Allah. Apalagi hanya menyoal mengabulkan doa-doa kita yang tak seberapa itu.

Akan tetapi, terlepas dari semuanya, banyak faktor yang membuat doa-doa kita menjadi tertahan. Tentu, masalahnya ada dalam diri kita sendiri. Kita yang menyebabkan doa-doa tersebut ditahan oleh Allah. Bahkan bisa bertahun-tahun. Bahkan untuk waktu yang amat panjang. Sialnya, ketika doa itu tertahan, kita selalu terburu mengambil kesimpulan tidak penting selain mengevaluasi diri. Kita enggan bercermin lebih lama tentang layak-tidaknya menerima pengabulan doa. Ibadah baru sejengkal saja, maksa-maksa minta dikabulkan segera.

Suatu ketika Ibrahim bin Adham—seorang sufi agung dari masa lalu—berjalan di pinggiran Kota Basrah. Melihat ia datang, sekelompok orang berkumpul dan mengajukan pertanyaan, “Wahai Abu Ishaq—panggilan untuk Ibrahim bin Adham—sesungguhnya Allah sudah berfirman dalam al-Qur`an: Ud’uni astajib lakum. Akan tetapi, kami berdoa selama setahun penuh dan tak satu pun doa kami yang dikabulkan Allah.” Si penanya dari sekelompok orang di pinggiran Kota Bashrah tadi, menilai bahwa ayat tersebut tidak konsisten.

Mendengar pertanyaan tersebut, Ibrahim bin Adham tersenyum simpul. “Wahai penduduk Basrah, telah mati hati kalian disebabkan oleh sepuluh perkara, tersebab itulah bagaimana mungkin doa kalian akan terkabul?” jawab Ibrahim bin Adham dengan mimik muka dan intonasi yang amat serius. Sekelompok orang tadi tertegun. Menantikan penjelasan Ibrahim bin Adham tentang sepuluh perkara yang membuat hati mereka mati.

“Pertama, kalian mengenal Allah, tetapi tak pernah menunaikan kewajiban terhadap-Nya. Kedua, kalian membaca al-Qur`an, tetapi tidak mengamalkan isinya. Ketiga, kalian mengaku mencintai Rasulullah Saw., tetapi meninggalkan sunnah-nya. Keempat, kalian mengaku memusuhi setan, tetapi mengikuti keinginan dan sepakat dengan ajakan mereka pada keburukan. Kelima, kalian mengaku menginginkan surga Allah, tetapi tak pernah beramal saleh untuk meraihnya.

Keenam, kalian mengaku begitu ingin terselamatkan dari api neraka, tetapi justru kalian melemparkan diri sendiri pada neraka tersebut. Ketujuh, kalian berkata bahwa kematian adalah nyata, tetapi tidak pernah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Kedelapan, kalian terlalu sibuk mengurusi aib orang lain, tetapi lalai memperbaiki aib sendiri. Kesembilan, kalian menerima nikmat rezeki dari Allah, tetapi enggan mensyukuri rezeki tersebut. Kesepuluh, kalian mengubur jenazah, tetapi tidak mengambil pelajaran dari kematian orang lain!”

Hening. Sekolompok orang yang berkerumun dengan mengajukan pertanyaan esensial terkait tertahannya doa, dibuat terdiam oleh Ibrahim bin Adham. Mereka sadar bahwa ibadah mereka hanya sebatas ritual tubuh yang digerakkan dan lisan yang diucapkan. Tidak benar-benar tulus karena Allah dan lebih berharap pada imbalan apresiatif dari manusia. Itulah yang membuat doa-doa mereka tertahan. Amat mungkin, kita adalah bagian dari mereka, hanya saja enggan mengakuinya. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.[]

*Tulisan ini pernah dimuat di kabarpesantren.id

Leave a comment