KEMBALIKAN

KEMBALIKAN
Kiki Musthafa

RAMADAN di minggu pertama. Saya tetap menulis untuk jamaah Masjid Agung Kota Tasikmalaya, sekalipun Jumatannya diganti dengan salat zuhur di rumah masing-masing. Jika pembaca berhasil menjumpai tulisan ini, entah bagaimanapun caranya, mari kita berdiskusi tentang hari pertama shaum Ramadan di tengah pandemi Covid-19. Baik versi cetaknya—yang konon akan disebar oleh tim redaktur ke masjid-masjid lain di Kota Tasikmalaya dan tempat publik lainnya—ataupun versi digitalnya yang rutin saya share di akun FB saya, Kiki Musthafa, silakan berkunjung. Jangan panik dan tetap tenang. Menyoal Covid-19, kembalikan kepada Allah. Dia yang menciptakan, Dia pulalah yang kelak akan mematikannya. Badai pandemi pasti berlalu.

Tentu, saya tidak sedang meremehkan musibah pandemi ini. Sama sekali tidak. Ini masalah besar yang melibatkan semua umat manusia, lintas ras, negara dan agama. Karenanya, saya terbuka dengan pernyataan bahwa pandemi ini adalah bagian dari konspirasi global, boleh-boleh saja. Dikatakan sebagai bagian dari senjata biologis Cina yang dikembangkan di laboraturium di Wuhan, percaya? Disebutkan sebagai bagian dari perang dagang AS dan Cina untuk mengembangkan industri farmasi mereka, logiskah? Disinyalir sebagai bagian dari ulah kurang ajar Freemason dan Illuminati dan lainnya, benarkah? Silakan, tetapi kebenaran apa pun yang kita dapat dari praduga dan asumsi-asumsi di atas, yang pasti Covid-19 tak lepas dari campur tangan Allah Yang Maha Menggerakkan.

Saya tidak sedang mewakili pandangan kaum agamis apalagi spiritualis. Namun, mari kita renungkan lebih dalam lagi, apa yang dipikirkan puluhan ribu saudara kita ketika sekarat karena pandemi ini? Saya rasa, mereka tidak akan sempat memikirkan, semisal, praduga adanya permainan konspiratif yang didesain dalam skala global untuk kepentingan tertentu. Saya yakini tidak dan mana sempat. Di depan kematian, semua orang akan sama, dia hanya mengingat Tuhannya. Terlebih, dalam Islam, fitrah dalam diri manusia senantiasa mendorongnya untuk mencari sandaran Yang Maha saat terhimpit dalam segala sakit dan sulit. Karenanya, menyoal Covid-19, tindakan logis dan anjuran medis kita lakukan, selebihnya, kepada Allahlah semuanya kita kembalikan.

Berangkat dari semua itu, di saat pandemi ini memuncak, memperkokoh solidaritas adalah salah satu pilihan terbaik. Singkirkan sentimen politis, ormas, kelompok, komunitas dan apa saja yang kerap membuat kita seolah terpisah. Ini masalah bersama. Masalah serius kita dengan Allah. Kita yang ketika sehat, kuat, kaya, mampu, luang waktu, mengabaikan kewajiban ibadah kita. Karenanya, Allah menempatkan kita di dunia yang berpenyakit, dunia yang lemah, dunia yang miskin, dunia yang papa, dunia yang kehabisan waktu, agar kita kembali memperbaiki ketaatan kita, agar kita mengembalikan semua masalah terpelik di hidup kita hanya kepada Allah.

Pasalnya, konsep istirja’ yang dijelaskan al-Qur`an dalam inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, secara konteks merujuk pada pernyataan afirmatif bahwa Allah-lah tempat kembali bagi segala yang hidup dan kehidupan itu sendiri. Musibah pandemi Covid-19 adalah bagian dari problem hidup yang tidak bisa ditolak keberadaannya saat ini. Sekalipun sebuah penyakit, Covid-19 dari Allah dan semua tentangnya kita kembalikan kepada Allah. Kita hanya perlu ber-istighfar sebanyak mungkin dan berikhtiar menjaga kebersihan agar senantiasa Allah sehatkan. Akhirnya, sekalipun di tengah ancaman Corona, semoga ibadah Ramadan kita lebih khusyuk dari tahun sebelumnya. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.[]

Leave a comment