TIPOLOGI SANTRI

TIPOLOGI SANTRI
Kiki Musthafa

TERSEBAB lahir, tumbuh dan mendewasa di pesantren, saya menjadi tahu ragam karakter santri. Tentu, pengamatan sederhana ini objektif, ya, tanpa tendensius menunjuk hidung siapa pun. Artinya, otokritiklah. Ada yang diam, tetapi mengajinya khusyuk dan fasih. Ada yang aktif menampakkan diri, tetapi, ya, harus diakui mengajinya memang cakap dan istikamah. Jadi, untuk tipe pertama ini, wajarlah.

Hanya itu? Tentu tidak. Sialnya, ada yang hidupnya sunyi… tetapi memang mengasingkan diri, malu karena tak mahir mengaji. Lebih sial lagi, nah, ini, ada yang berkoar-koar… seolah unjuk kemampuan, tetapi sebenarnya tak berdaya apa-apa. Upayanya untuk sok pintar adalah ikhtiarnya menutupi kebodohan yang dipeliharanya sendiri. Ups, untuk tipe ini, harap dimaklum, bisa jadi kita.

Tanda-tandanya, yang diam tapi fasih, sekali perlu bicara, kata-katanya runut dan tepat. Lalu, yang aktif tapi memang cakap, penyampaiannya lugas, berisi dan sadar konteks. Selanjutnya, lain hal dengan yang diam karena merasa tidak mampu, jelas ia tak bersuara, hidupnya sunyi meratapi nasib tanpa henti. Lalu, ini yang menggelikan, belagak jago tapi bego, suaranya nyaring tapi sumbang. Ibarat penyanyi, semua jenis lagu dinyanyikan, tapi fals… gak nyambung.

Apa pun itu, selamat hari santri. Mari bercermin, lalu tertawakan diri sendiri.[]

Leave a comment