MERAMADAN, MENCARINYA…

MERAMADAN, MENCARINYA…

Kiki Musthafa

SEMUA sepakat bahwa Ramadan adalah bulan paling mulia. Segala amalan
ibadah di bulan suci ini dilipatgandakan pahalanya. Bahkan, saking mulianya,
sejak memasuki malam pertama, di saat yang sama, keutamaan-keutamaan
Ramadan sudah diturunkan untuk seluruh umat manusia. Lalu, saking
mulianya pula, menjelang malam terakhir, langit dan bumi juga para malaikat
menangis dan menyatakan bahwa berakhirnya Ramadan adalah musibah.
Dalam kitab Dzurratu an-Nashihin karya as-Syakir al-Khauburiyyi,
dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda, “Ketika sampai
malam pertama di bulan Ramadan, Allah Swt berfirman, ‘Barang siapa yang
mencintai Kami maka Kami akan mencintainya. Barang siapa yang mencari
keridlaan Kami maka Kami akan mencarinya. Barang siapa meminta
ampunan kepada Kami maka Kami akan mengampuninya karena kemuliaan
Ramadan.’ Lalu, Allah Swt memerintahkan malaikat Kiram al-Kaatibin agar
mencatat semua kebaikannya, melarang mencatat semua keburukannya,
dihapuskanlah semua dosa yang sudah lalu diperbuatnya.”
Mencintai Allah Swt berarti pula memberikan semua amalan ibadah
yang hanya untuk Allah Swt. Jika itu tentang shaum, lapar dan haus, menahan
syahwat dan anggota tubuh, hati dan pikiran, semua untuk Allah Swt. Amalan
ibadah apa pun yang diperbuat, tak disandarkan pada perkara sementara
yang bersifat duniawi, namun seluruhnya untuk meraih keridlaan Allah Swt
semata. Mereka mencintai Allah dan Allah akan mencintainya.
Sementara itu, mencari Allah berarti pula mencari keridlaan-Nya. Tak
ada yang lain yang menjadi akhir dari perjalanan ibadahnya, terkecuali Allah.
Shaum-nya bukan karena Ramadan dan keutamaannya, tetapi Ramadan dan
keutamaannya adalah untuk mencari keridlaan Allah. Sedekahnya bukan
karena ikut-ikutan orang lain, tetapi ikut bersama orang lain dalam amal
saleh adalah pula karena untuk mencari keridlaan Allah. Salatnya, zakatnya,
seluruhnya untuk keridlaan Allah Swt.
Meminta ampunan kepada Allah, lalu Allah akan mengampuninya.
Tentu, memohon ampunan dengan sebenar-benarnya taubat dari semua dosa
yang diperbuat. Beristighfar dengan lisan. Menyesal dan berjanji dalam hati
untuk tidak mengulangi. Lalu, mengubah hal buruk menjadi baik, menaikan
level yang sudah baik menjadi lebih baik. Ampunan Allah hanya akan turun
pada mereka yang benar-benar bertaubat untuk selamanya.
Lantas, hal apa saja yang pula dapat diperbuat agar tiga hal di atas bisa
tersempurnakan? Dalam hadis lainnya, masih merujuk pada apa yang
disampaikan al-Khauburiyyi, Rasulullah Saw bersabda, Di hadis lainnya,
“Sesiapa yang menghadiri majelis ilmu di bulan Ramadhan, Allah akan
mencatat setiap langkahnya serupa ibadah satu tahun dan akan bersama
denganku di bawah ‘Arsy. Sesiapa yang melanggengkan shalat berjamaah di
bulan Ramadhan, Allah akan memberikan nikmat-Nya penuh sesak seluas

sebuah kota. Sesiapa yang memuliakan kedua orang tuanya di bulan
Ramadhan, Allah akan merahmatinya. Aku yang akan menjaminnya surga.
Lalu, tidak ada bagi seorang perempuan yang mencari ridla suaminya di
bulan Ramadhan, kecuali ia akan mendapatkan pahala serupa yang
didapatkan Siti Maryam dan Siti Asiyah. Sesiapa yang memenuhi kebutuhan
saudara muslimnya di bulan Ramadhan, ia akan mendapatkan seribu
pertolongan (untuk segala kebutuhannya) di hari kiamat.”
Setidaknya, meskipun banyak anjuran untuk dapat meraih keutamaan
Ramadan, lima hal di atas pun dapat menjadi katrol untuk menggerek
banyak pahala yang jumlahnya tak terhingga. Oleh karenanya, melakukan
lima hal tersebut berarti pula mendapatkan garansi untuk tiga perkara;
mencintai Allah, Allah akan mencintainya; mencari keridlaan Allah, Allah
akan mencarinya; meminta ampunan kepada Allah, Allah akan
mengampuninya. Ya, me-ramadan, mencari ridla Allah. Tak ada yang lain. Tak
mungkin yang lain. Pada akhirnya, semoga Allah meridlai setiap amalan
ibadah kita, khusunya di bulan suci ini. Allahumma shalli ‘alaa Sayyidina
Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin.[]

Leave a comment