MESIN WAKTU

 

Kiki Musthafa

 

 

KENYATAANNYA waktu tidak bisa ditukar. Yang sudah berlalu, tetap berada di masa lalu. Pun yang akan datang, tetap tak akan terkunjungi lebih cepat—runut mengikuti perjalanan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dst. Hari ini, tidak bisa ditukarkan dengan kemarin. Juga tidak mungkin dipindah ke masa depan. Tidak ada mesin waktu dalam cerita-cerita fiksi, yang dapat mengantarkan kita pada dua keadaan yang tidak mungkin didatangi secara fisik itu.

Namun, bisa saja, berbekal ingatan dan imajinasi, masa lalu dan masa depan akan terhampiri. Seringkali ingatan akan masa lalu memenuhi kepala kita dalam kenangan. Banyak moment yang dapat disentuh kembali dengan banyak rasa yang mengiringinya: sedih, suka, tawa, bahagia, kecewa, bangkit, jatuh, dst. Semua hanya dapat tersentuh dalam ingatan. Tidak lebih. Karena secara fisik, tubuh kita (tetap) berada di hari ini.

Di sisi lain, imajinasi pun tidak akan cukup mampu untuk “benar-benar” mengantarkan kita ke masa depan—satu waktu yang belum tentu akan seperti apa keadaannya. Masa depan kita hanya ada dalam harapan yang disusun oleh kerja keras sejak bangun tidur hingga tidur lagi. Harapan bahwa besok lebih baik dari hari ini. Besoknya lagi, pun, terus membaik hingga waktu yang entah. Bayangan kita berputar dalam lingkaran itu. Tentang usaha tanpa jeda dan doa tanpa henti, untuk masa depan yang jelas-jelas belumlah pasti.

Terlepas dari asumsi di atas, kepastian Allah-lah yang pasti terjadi. Allah membiarkan waktu berlalu, agar kita belajar dari masa lalu itu. Maka, benar nyatanya, guru terhebat adalah kejadian yang sudah terjadi. Di dalamnya ada kegagalan, lalu menjadi peringatan agar tidak kembali gagal. Ada pula kesuksesan, lalu menjadi pijak agar lebih baik lagi. Juga banyak hal yang dilintaskan pada mata, telinga, dan hati kita, agar dilihat sebagai percontohan, didengar selayaknya alarm, pun dirasa seperti halnya sentuhan. Semua, diamini sebagai sebuah pembelajaran, sekalipun tidak mungkin terkunjungi.

Demikian pula dengan masa depan. Allah mempersiapkan masa depan terbaik menurut Allah untuk kita. Tentu, rencana terbaik itulah yang harus kita syukuri sejak hari ini. Bahwa besok, besoknya lagi, lagi dan lagi, semua hal terbaik sedang menunggu untuk kita jejaki. Syaratnya, harus bersyukur sejak hari ini. Bermacam cara, dengan bekerja lebih keras dan jujur. Dengan tidak rakus dan membuka kesempatan berbagi. Tulus mengulur tangan untuk saling membantu. Ikhlas memberi jalan untuk berjalan bersama. Juga hal baik lainnya, yang kesemuanya diniati agar mendapatkan bekal untuk tetap bersujud kepada-Nya. Syukur inilah yang akan menjadi kunci, sampai-tidaknya kita pada rencana terbaik yang Allah persiapkan tersebut—sekalipun masa depan masih jauh dari jangkauan.

Ya, karena kenyataanya waktu tidak bisa ditukar. Yang sudah berlalu, tetap berada di masa lalu. Pun yang akan datang, tetap tak akan terkunjungi lebih cepat—runut mengikuti perjalanan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dst. Hari ini, tidak bisa ditukarkan dengan kemarin. Juga tidak mungkin dipindah ke masa depan. Mensyukuri masa lalu sebagai sebuah pembelajaran, pun menyambut masa depan dengan tak henti memahat amal berkebaikan, adalah mesin waktu termaksud. Ia akan  mengantarkan kita pada hakikat masa lalu sebagai “ruang kelas” masa depan (QS. al-Hasyr: 18). Juga “mengunjungi” masa depan terbaik yang dibangun dari “ruang kelas” masa lalu. Bersyukur dengan saling berwasiat dalam kebenaran (QS. al-‘Ashr: 1-3). Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aalihii wa shahbihii ajma’iin.[]

 

 

 

 

Leave a comment