QABIL HARI INI
QABIL HARI INI
Kiki Musthafa
KONSTRUKSI ayat pada QS. al-Baqarah: 30-34 memperlihatkan jarak yang bernas antara iblis dan malaikat. Ketika Allah mengabarkan akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi, malaikat tunduk. Sekalipun menginstrupsi dengan: Qalu ataj’alu fiha man yufsidu fiha wa yasfiku al-dima—bahwa manusia akan membuat kerusakan dan menumpah darah—tak lain sebatas mengonfirmasi. Mereka memiliki kapasitas yang layak untuk bertanya dan mempromosikan diri: Wa nahnu nusabbihu bihamdika wa nuqaddisu laka—semacam permohonan agar potensi ifsad al-ardl dan isfak al-dima bisa terminimalisir.
Karenanya, ketika Allah merespon permohonan mereka dengan: Qala inni a’lamu ma la ta’malun—Allah Maha Mengetahui apa yang tidak mereka ketahui—mereka tunduk. Termasuk ketika mereka dipinta mendikte objek tertentu, mereka menyerah sepenuhnya kepada Allah. Menyadari batas kemampuan mereka dengan ketaatan tanpa tanding. Lalu, di kesempatan yang sama, Allah memberikan panggung kepada Adam As untuk mengeskplorasi kemampuan objektivasi terhadap benda tertentu. Rahasia langit dan bumi ada dalam genggaman Allah.
Lain hal dengan iblis. Mereka jelas berontak. Dengan sepenuh rasa sombong dan pembangkangan yang meledak-ledak, mereka menolak untuk bersujud. Alasannya sederhana dan terjelaskan pada munasabah ayat tersebut di QS. al-A’raf: 12. Qala ana khairun min—mereka mengklaim lebih baik dari Adam As terkait material penciptaan keduanya. Khalaqtani min nar wa khalaqtahu min thin—mereka mengomparasi muasal terciptanya Adam As yang hanya dari tanah, sementara mereka diciptakan dari api.
Hasud yang sombong dan sombong yang hasud. Satu paket. Pertama, tak terima harus mengakui kemuliaan Adam As. Kedua, merasa lebih baik dari Adam As. Dua watak itulah yang kemudian menjadi penyebab lahirnya kasus pembunuhan pertama umat manusia. Diawariskan iblis kepada Qabil yang hasud kepada Habil. Qabil merasa lebih baik dan layak untuk mendapatkan Ikrima. Hasud, sombong, sombong, hasud! Kelak anak-cucu Qabil inilah yang melanggengkan hasud dan kesombongan yang menjadi rahim bagi ifsad al-ardl dan isfak al-dima.
Manusia sombong dengan segala perasaan lebih dari yang lain, dapat dipastikan memiliki watak hasud. Selalu tidak terima jika orang lain melampaui dirinya. Siapa berani melangkahi pencapaian mereka, harus dijatuhkan dengan sejatuh-jatuhnya. Orang lain tak boleh pintar, hebat, kaya, populer, besar dan dihormati, yang berhak atas semua itu hanyalah dirinya. Jika ada yang berani mengambil klaim tersebut, harus dibunuh dengan beragam cara. Bunuh nama baiknya, bunuh relasi baiknya, bunuh akses keberuntungannya, bunuh harga dirinya.
Manusia yang hasud dengan segala duri yang meringkuk di dadanya, dapat dipastikan memiliki watak sombong. Orang lain hanyalah sampah yang harus diinjak dan diludahi. Orang lain harus menjadi hina dan tak pantas mendapatkan penghormatan apa pun. Semua harus tunduk di bawah telapak kaki. Harus pula manut pada isyarat yang terlihat di ujung jari. Dirinya paling besar, yang lain harus kecil. Dirinya yang paling pintar, yang lain harus bodoh. Dirinya yang paling segalanya, yang lain jangan macam-macam jika tidak ingin terbunuh.
Qabil bereInkarnasi pada banyak karakter manusia hari ini. Iblis memberinya panggung yang gemerlap untuk mementaskan kesombongan. Memfasilitasi oktagon berlantai rasa hasud untuk senantiasa saling bunuh. Berebut ini dan itu. Siapa terlihat lebih, harus dikurangi. Siapa terlihat kurang, harus dihabisi. Demikian bar-bar peradaban manusia hari ini. Demikian terbukti kekhawatiran malaikat dahulu itu: Manusia si pembuat kerusakan, si penumbah darah yang tak mengenal rasa bosan! Di bulan Sya’ban ini, warisan iblis itu harus punah di hati kita. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.[]
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.