RAMADAN KEMBALI DI TENGAH BADAI PANDEMI
RAMADAN KEMBALI DI TENGAH BADAI PANDEMI
Kiki Musthafa
RAMADAN yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Di bulan suci yang selalu dinanti ini, angka penyebaran Covid-19 masih belum berhenti. Artinya, penyebaran masih terjadi dan kita dipinta untuk berhati-hati. Namun, meskipun demikian, bukan berarti harus paranoid secara berlebihan. Biasa saja, tetapi harus waspada. Ikuti anjuran pemerintah dan tenaga medis untuk senantiasa menjaga kebersihan, bermasker dan tidak gegabah ketika keluar rumah. Kita percaya, Covid-19 sama-sama makhluk Allah, sama-sama beribadah kepada Allah. Semoga saja, di bulan Ramadan ini, ia pun ikut ber-shaum. Menahan dirinya sendiri untuk berhenti menginfeksi.
Setidaknya, berikut, beberapa hal yang harus terpahami dan dilakukan menyoal belum hilangnya Covid-19 di bulan Ramadan ini. Pertama, jangan menyimpan rasa takut yang berlebihan. Sekali lagi, Covid-19 sesama makhluk Allah dan sama-sama sujud kepada Allah. Hanya Allah-lah, Penciptanya, yang harus kita takuti. Namun, tersebab Covid-19 diciptakan Allah sebagai wabah penyakit, kita diharuskan untuk berhati-hati dan bukan untuk takut. Keduanya, jelas berbeda. Berhati-hati hubungannya dengan bersikap logis dan waspada agar tidak terinfeksi, sementara takut kerap membuat down yang ujung-ujungnya bersikap tidak wajar.
Kedua, sejalan dengan tidak memelihara rasa takut, harus senantiasa tenang dan tidak gelisah. Lepaskan semua beban, sekalipun wabah Covid-19 menjadi beban dalam banyak hal. Pekerjaan terganggu, pahami saja bahwa Allah meminta kita sejenak beristirahat dari urusan-urusan duniawi, selama yakin, selama itu pulalah Allah akan menjamin. Aktivitas terbatas, Allah sedang memagari kita dari melakukan hal-hal yang buruk. Kegelisahan memuncak, perbanyak zikir dan membaca al-Qur`an untuk mengimpulsi rasa tenang. Konon, rasa tenang dapat memperkuat sistem imun. Tersebab daya tahan tubuh yang kuat itulah, virus tak bisa tembus.
Ketiga, lebih praksis, jaga kebersihan, jaga jarak dan senantiasa memakai masker. Anjuran dari pemerintah dan tenaga medis, apabila selesai beraktivitas, wajib mencuci tangan dengan sabun, paling tidak, satu menit saja. Jika keluar rumah karena keperluan yang amat mendesak, menjaga jarak dan selalu memakai masker. Jika pulang, dianjurkan untuk mandi di air yang mengalir. Semua itu, selaras dengan intisari konsep menjaga kebersihan dalam Islam, “An-nadhafatu minal iman—kebersihan lahir dari jiwa yang beriman.” Karenanya, di tengah wabah Covid-19 ini, Ramadan menjadi ujian sejauh mana implementasi keimanan kita terbukti melalui ikhtiar untuk senantiasa bersih; lahir dan batin.
Keempat, bagian dari membersihkan batin kita, yakni bersedekah, menebar empati. Di tengah pandemi Covid-19 yang meruntuhkan sendi-sendi perekonomian kita, bersedekah tentu akan terasa sulit. Namun, demikianlah, melakukan sesuatu hal yang fadilatnya besar selalu tidak mudah. Kata Nabi, “As-shadaqatu tudfa’ul bala`—sedekah dapat menahan bala.” Memperbanyak bersedekah berarti mensyukuri nikmat Allah. Mensyukuri nikmat Allah berarti menstimulasi turunnya rezeki yang lebih besar, salah satunya, sehat. Sementara itu, sehat paling berharga hari ini adalah terlindung dari bala, dari wabah penyakit.
Ketujuh, ber-istighfar. Wabah Covid-19 ini semacam isyarat bahwa kita sedang bermasalah serius dengan Allah. Karenanya, harus bertaubat. Istighfar adalah komitmen awal pertaubatan kita. Terlebih, kata Ibnu ‘Athaillah dalam kitabnya Lathaif al-Minan, terjelaskan, “Wa aqallul istighfari ad-dafi’i lighalibil bala`i ‘indi al-ana: alfu marratin shabahan wa alfu marratin masa`an—bagiku saat ini, paling sedikit istighfar untuk menolak bala adalah 1000 kali di waktu pagi dan 1000 kali di sore hari. Dengan kata lain, seakan-akan, Ibnu ‘Athaillah ingin memberikan penjelasan bahwa semakin banyak istighfar—dipresentasikan dalam hitungan 1000—semakin kecil kemungkinan kita diserang bala, kemelaratan, wabah penyakit dan hal-hal menyulitkan lainnya.
Terakhir, semoga ikhtiar di atas dapat berpadu. Tidak dirundung rasa takut, tetapi hati-hati dan waspada. Bersikap tenang dan tidak gelisah dengan memperbanyak berzikir dan senantiasa membaca al-Qur`an. Menjaga kebersihan dengan senantiasa cuci tangan setelah beraktivitas dan menjaga jarak dan memakai masker saat keluar rumah. Rela bersedekah dan khusyuk ber-istighfar. Semua menjadi bagian dari cara kita berdialog dengan Allah, agar Ia menjauhkan makhluknya yang bernama Covid-19 dari tubuh kita, keluarga, kerabat, kawan dan semua orang yang menumpang hidup di tanah air bernama Indonesia. Selamat datang Ramadan, selamat ber-shaum kawan-kawan. Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.[]
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.