Seorang Pemenang

 

Kiki Musthafa

 

JIKA hidup adalah perjalanan panjang, maka menjalani hidup adalah melewati banyak jalan. Baik yang lurus. Atau justru berkelok-kelok. Penuh tantangan. Penuh tipu daya. Dipenuhi segala bentuk permainan dan prasangka.

Oleh karenanya, Al-Quran menggambarkan kehidupan (dunia) dengan kata-kata, “Laibun wa lahwun” yang artinya permainan dan penuh dengan sandiwara. Permianan yang tentu penuh dengan liku, teka-teki, tanda tanya, dan lain hal yang harus terjawab, yang berujung pada “menang” dan “kalah”.

Seorang pemenang, adalah mereka yang mampu melewati permainan dan sandiwara yang ada, dengan berusaha menjadi yang terbaik. Senantiasa berbuat baik. Dan rela menjadi perantara orang lain untuk menjadi baik, dengan melakukan hal terbaik.

 

“Kalianlah umat terbaik yang dikeluarkan bagi manusia. Memerintahkan berbuat baik. Dan menghindari hal-hal buruk. Dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali Imran: 110)

 

Setidaknya, berpijak dari ayat di atas, terdapat tiga faktor penting untuk menjadi seorang pemenang. Yang kemudian menjadikannya bagian dari umat terbaik—manusia yang dianugerahi kasih sayang Allah karena senantiasa berpegang teguh pada apa yang ditetapkan Syar’i.

Pertama, seorang pemenang adalah mereka yang “ta’muruuna bil ma’ruf” memerintahkan, berbuat, mengajak, menjadi perantara, bagi orang lain untuk berbuat baik. Selalu berusaha berperan—tidak hanya untuk dirinya sendiri—tetapi juga untuk orang lain. Sehingga jika setiap individu memiliki kecenderungan untuk “ta’muruuna bil ma’ruf”, maka akan muncul kebersalingan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang pada akhirnya tergerak untuk saling membantu. Untuk saling berbuat baik.

Kedua, seorang pemenang adalah mereka yang gigih dan konsisten memegang prinsip untuk tidak melakukan hal buruk. Mengingatkan dirinya sendiri, juga pihak lain, untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan dirinya, juga orang lain, dalam melewati permainan dan sandiwara hidup yang penuh dengan tipu daya. Ini yang dinamakan “tanha ‘anil munkar”— melarang untuk menyakiti, mendlalimi, berbuat curang, dsb.

Ketiga, seorang pemenang adalah mereka yang “tuminuuna billah” beriman kepada Allah SWT. Beriman tidak hanya mempercayai akan adanya Allah, akan tetapi dengan melaksanakan segala perintah-Nya, dan menghindari segala larangan-Nya.

Berangkat dari tiga faktor di atas, sudahkan kita berhasil menjadi seorang pemenang? Atau justru menjadi pecundang yang tidak berhenti berucap, bersikap, dan berbuat, hal-hal yang menyakitkan pihak lain? Mendustakan segala nikmat yang Allah berikan? Mengingkari ayat-ayat Allah hanya demi kebahagiaan dunia yang hanya sementara dan penuh dengan tipu daya?

Demikianlah, hidup adalah perjalanan panjang, maka menjalani hidup adalah melewati banyak jalan. Baik yang lurus. Atau justru berkelok-kelok. Penuh tantangan. Penuh tipu daya. Dipenuhi segala bentuk permainan dan prasangka. Dan seorang pemenang adalah mereka yang mampu melewatinya dengan berbuat baik terhadap Allah dan terhadap sesamanya. Wallahu a’lamu.[]