Inilah Dua Tokoh Pendiri Industri Senjata dalam Peradaban Islam
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya.” (QS Al-Anfaal: 60)
Industri senjata dalam sejarah sudah menjadi industri yang sangat vital bagi kelangsungan sebuah peradaban, mengingat satu sama lain manusia punya kecenderungan untuk saling berperang, bahkan hampir tidak ada waktu kosong bagi peperangan dalam timeline sejarah dunia. Baik peradaban modern dan kuno sama-sama memahami pentingnya senjata serta teknik pengembangannya, tidak terkecuali Kekhalifahan Islam di masa kejayaannya dahulu.
Rasulullah SAW bersama Salman Al-Farisi merupakan dua tokoh pionir pengembangan senjata dalam peradaban Islam, junjungan seluruh alam SAW serta sahabatnya yang berasal dari Persia itu masing-masing berperan sebagai seorang negarawan jenius yang paham akan pentingnya pertahanan negara, serta seorang ilmuwan ahli pembuat senjata di masanya. Rasulullah pemimpin negaranya, sedangkan Salman kepala ilmuwan pembuat senjatanya.
Rasulullah sendiri dalam sunnahnya memerintahkan pendirian industri senjata, sekalipun pada masa itu masih sangat sederhana. Pengembangan senjata pada masa itu ada pada senjata manjaniq (meriam kuno, senjata pelontar) dan dababah (tank kayu). Hadits yang diriwayatkan Al-Baihaqi dari Abu Ubaidah RA bahwasannya “Kemudian Rasulullah SAW mengepung penduduk Thaif dan menggempurnya selama 15 hari…”
Dalam Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, bahwa “Sampai pada hari pecahnya dinding benteng Thaif, sekelompok sahabat Rasulullah SAW masuk ke dalam bagian bawah dababah, lalu mereka berusaha masuk ke dalam dinding bentengt Thaif agar bisa membakar pintu benteng.” Hal yang sama tercantum dalam Zadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah.
Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud di dalam Al-Marasil, “Rasulullah SAW pernah menggempur penduduk Thaif menggunakan manjaniq.” Menurut Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalamnya, para perawi hadits ini tsiqah.
Dalam Sirah Al-Halabiyah juga menguraikan kisah Rasulullah dan Salman, Salman Al-Farisi memberikan masukan kepada Rasulullah SAW, Kami berkata “Kami di Persia menggunakan manjaniq untuk menggempur benteng. Kami juga digempur oleh musuh kami dengan senjata serupa.”
Lalu dikatakan bahwa Salman membuat manjaniq dengan tangannya sendiri. Salman juga menunjukannya kepada Rasulullah SAW.
Manjaniq sebagaimana tertera dalam Hugh Kennedy dalam The Great Arab Qonquests, hlm. 75, pertama kali digunakan oleh kaum Muslimin pada pertempuran melawan Bani Thaif. Salman Al-Farisi dikatakan sebagai orang pertama yang memproduksi senjata ini atas perintah Nabi Saw. Dalam artian, ia adalah kaum Muslimin pertama yang membuat manjaniq, karena faktanya manjaniq sudah pernah dipakai di berbagai peradaban seperti China dan Persia. Manjaniq merupakan meriam kuno, yakni mesin balok pengayun yang dioperasikan oleh orang-orang yang menarik tali pada satu sisi balok sehingga ujungnya yang lain ikut berayun dengan kuat serta menembakkan misil dari tali yang menempel pada ujungnya.
Di sini ada teladan dari Rasulullah dan Salman, ketika Salman menawarkan idenya ke Rasulullah tentang persenjataan dan teknik pembuatannya, Rasulullah langsung memberikan kesempatan untuk ilmuwan berbakat yang memahami pembuatan dan teknik senjata ini untuk mengembangkan keahliannya. Beliau tidak menyia-nyiakan bakat Salman. Peradaban Islam di masa jayanya dahulu tidak pernah menyia-nyiakan bakat para ilmuwan dan ahli teknik yang dapat memberikan manfaat untuk kemajuan Islam dan umat. Hal itu langsung dicontohkan oleh Rasulullah sendiri, dengan gagasan Salman yang brilian ini, Nabi SAW langsung mengangkatnya sebagai mudir (penanggung jawab) untuk mengelola industri militer yang akan memproduksi manjaniq demi memperkokoh kekuatan pasukan artileri mujahidin Islam.
Dari sinilah bermula, asal-usul senjata manjaniq (dan juga dababah) yang menjadi ciri senjata para mujahidin Islam di kemudian hari. Sampai di masa Sultan Muhammad Al-Fatih dari Kekhalifahan Turki Utsmani, bahkan hingga di masa cicitnya, Khalifah Sulaiman Al-Qanuni, senjata-senjata dari peradaban Islam baik pelontar, mesiu maupun pedang merupakan yang paling unggul di zamannya. Wallahu’alam.
Ilham Martasyabana
Pegiat Sejarah Islam
Sourece : http://www.suara-islam.com/read/index/20440/Inilah-Dua-Tokoh-Pendiri-Industri-Senjata-dalam-Peradaban-Islam
Leave a comment
You must be logged in to post a comment.